Exact2 Manza - Penetapan Muhammad Nazaruddin sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menciptakan gempa politik di internal Partai Demokrat. Setidaknya ada tiga implikasi serius bagi Demokrat pasca penetapan Nazaruddin sebagai tersangka.
"Pertama, instabilitas politik di internal partai. Kedua, migrasi suara, dan ketiga prospek politik Demokrat pada 2014," ujar analis politik Charta Politika Indonesia Arya Fernandes kepada detikcom, Kamis (30/6/2011) malam.
Menurut Arya, instabilitas politik di internal Demokrat dapat memicu dua konsekuensi politik, diantaranya, munculnya wacana pencopotan M Nazaruddin sebagai anggota DPR. Selain itu juga muncul gempuran politik terhadap kepemimpinan Anas Urbaningrum.
"Saya kira, desakan pencopotan Nazaruddin sebagai anggota DPR akan kembali menguat di internal Demokrat. Apalagi KPK sudah menaikkan status Nazaruddin dari saksi menjadi tersangka. Pada saat yang sama, rival politik akan gunakan kesempatan tersebut untuk mengempur kepemimpinan Anas," kata Arya.
Menurut Arya, penetapan Nazaruddin sebagai tersangka juga akan berimplikasi pada migrasi dukungan pemilih dari Demokrat.
"Pemilih rasional yang pada 2009 lalu memilih Demokrat karena pertimbangan isu dan kebijakan partai dalam memberantas korupsi saya kira akan beralih mendukung partai lain yang mempunyai isu dan kebijakan yang sama dengan Demokrat," tandas Arya.
Arya menambahkan penetapan Nazaruddin sebagai tersangka juga akan mempengaruhi prospek politik Demokrat jelang 2014.Tak mudah bagi Demokrat untuk pengaruhi emosi publik jelang pemilu 2014.
"Selain friksi politik di internal Demokrat yang cukup kuat, juga terdapat gap yang antara ekspektasi publik yang tinggi terhadap Demokrat dengan kinerja Demokrat sebagai parpol," tutup Arya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar