Saif menyalahkan kalangan ekspatriat Arab dan Afrika, yang menyulut perlawanan di negaranya. Menurutnya kekerasan yang terjadi ditujukan agar kelompok Islam dapat berkuasa di Libya.
"Saat ini ada tank yang dikendarai oleh warga sipil di Benghazi," ungkap Saif seperti dikutip AFP, Senin (21/2/2011).
"Kami memiliki senjata, pihak militer pun begitu. Sementara pihak-pihak yang ingin melihat Libya hancur juga mempersiapkan senjata mereka," lanjutnya.
Lebih lanjut Saif menambahkan, dia menjanjikan konstitusi baru dan hukum yang lebih fleksibel untuk diterapkan di negara benua Afrika tersebut. Dirinya juga mengecam media asing yang menurutnya telah melebihkan jumlah korban tewas akibat kerusuhan.
"Libya bukanlah Mesir atau pun Tunisia. Tidak ada partai politik di Libya. Kami akan melawan elemen penghasut. Bila semua pihak dipersenjatai maka, akan terjadi perang saudara. Kami akan saling membunuh," tegas Saif.
Hingga kini, masih simpang siur jumlah korban tewas yang sebagian besar jatuh di Benghazi. Media serta kelompok pembela HAM menyatakan, korban tewas mencapai lebih dari 200 jiwa. Sementara Saif menegaskan, jumlah korban tewas saat ini mencapai 84 jiwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar